Kamis, 09 April 2009

Goal ( Bidara ), Buah Eksotik yang di Lupakan

Jika anda pernah mengarungi masa kecil di pulau Sumbawa, maka romantisme masa lalu tidak akan lekang meskipun sudah puluhan tahun meninggalkan pulau bertuah ini.

“Siapa yang bawa Goal ( Bidara )?” Tanya sekelompok komunitas Sumbawa di Jakarta yang kebetulan mengadakan pertemuan kecil.

“Sudah puluhan tahun saya tidak pernah mencicipi buah goal ini,” celetuk seorang ibu yang sudah puluhan tahun tinggal di Jakarta.

Romantisme ini wajar kembali tergambarkan, mengingat masa kecil di Sumbawa hampir dihiasai dengan kenangan manis yang salah satunya berburu buah bidaral saat musim tiba. Masyarakat sumbawa menyebut pohon berduri ini dengan sebutan GOAL.

Buah Goal dalam bahasa Indonesia dinamakan Buah Bidara atau dalam bahasa latinnya disebut ziziphus mauritiana. Bidara (ziziphus mauritiana) ialah tumbuhan hutan yang hampir tumbuh diseluruh wilayah Sumbawa. Dengan ukuran tinggi antara 2 – 6 Meter, pohon bidara akan berbuah lebat saat musim tiba. Khusus di pulau Sumbawa tanaman bidara biasanya berbuah menjelang bulan Suci Ramadhan. Saat inilah perburuan buah bidara dilakukan. Hampir setiap bukit dan hamparan Savana yang kering pohon bidara tumbuh bahkan menjadi satu-satunya tanaman yang bisa bertahan dilahan yang tandus. Ciri khas pohon bidara berdaun bulat kecil, ukurannya lebih lebar dari daun kelor, pohonnya sangat keras namun rantingnya dipenuhi dengan duri.


Jika mata memandang sepanjang pintu gerbang pelabuhan Poto Tano Kabupaten Sumbawa Barat, dibukit yang gersang hanya ada dua buah pohon yang masih bertahan yakni pohon bidara dan asam jawa. Sepanjang perjalanan dari Poto Tano sampai dengan ujung timur pulau Sumbawa yang terletak di Kabupaten Bima pohon bidara masih mendominasi.

Tanaman bidara merupakan tanaman eksotik yang konon hanya bisa tumbuh sumbur di pulau Sumbawa, didaerah lain boleh dibilang keberadaan tanaman bidara sangat nihil.

Sejarah keberadaan tanaman bidara di Sumbawa tidak terdokumentasi namun benang merah keberadaan bidara bisa diurutkan dari mana asal muasal tanaman ini berada.

Dari sejarah yang tertulis ternyata buah Bidara ini merupakan buah yang pertama kali dimakan Nabi Adam Alaihi salam. Dalam Algur’an buah bidara dinamakan Shidr. Dalam surat al-waqiah 28. disebutkan “ Berada di tengah-tengah pohon bidara yang tidak berduri.” Bagi "golongan kanan," keadaan bahagia yang mereka alami di dunia ini tercermin di akhirat nanti. Sidr adalah pohon bidara, di akhirat. Pohon itu tidak memiliki duri, karena segala sesuatu di akhirat akan berada dalam bentuknya yang paling murni. Wanita akan tetap selamanya perawan, dan selamanya hidup. Segala sesuatu berada dalam bentuknya yang sempurna, termurni, dan terbaik. Duri adalah sesuatu yang tidak menyenangkan dan, karena itu, tidak ada dalam surga di akhirat. Tidak ada sesuatu pun yang bisa melukai penghuni surga itu.

Ditanah Arab, Buah Bidara dapat dijumpai dipasar-pasar setempat bahkan keberadaan tanaman bidara disana menjadi pendukung perbedaan khasiat madu. Madu Arab terkenal dimana-mana, salah satu factor kunci makanan lebah penghasil madu di Arab yakni keberadaan pohon Kurma dan Pohon Bidara. Tanaman bidara banyak pula tumbuh di daerah Kasmir , sebuah wilayah di Pegunungan Himalaya, yang terbelah diantara India dan Pakistan. Selain Madu Arab dikenal pula ada juga MADU KASHMIR yang banyak dikonsumsi dan menjadi favorit masyarakat di Arab Saudi dan bahkan menyebar keseluruh dunia.


Boleh jadi keberadaan tanaman Bidara di Pulau Sumbawa juga disebabkan oleh kedatangan orang-orang arab yang memang sejak lama sudah menginjak kakinya di pulau Sumbawa.

Di Sumbawa, buah bidara bukanlah buah yang dikomersilkan secara luas, pasalnya saat musim berbuah tiba semua orang bisa memetik buah bidara yang pohonnya juga menghisasi jalan-jalan sepanjang Sumbawa dari wilayah Timur sampai Barat. Namun jika malas berburu buah bidara, keberadaannya bisa juga didapatkan dipasar-pasar tradisional setempat. Harga satu mangkuk saat musim berbuah berkisar antara Rp.500 – 1000, namun diluar musim berbuah, harga buah bidara melonjak menjadi Rp.2000.

Rasa buah bidara umumnya pahit asam manis, disaat buah berwarna hijau maka umumnya rasa buah bidara pahit keasaman. Warna ranum kuning kemerahan dan kecoklatan bisa dipastikan buah goal tersebut akan terasa manis, namun sentuhan asam masih tetap ada. Bentuknya menyerupai anggur namun kulitnya tidak sekeras anggur. Ditengah daging yang empuk dan lembek terdapat biji yang cukup kasar. Konon biji bidara ini bisa dijadikan bahan dasar kosmetik untuk menghaluskan kulit.

Buah bidara yang menjadi favorit masyarakat Sumbawa yakni yang berjenis buah bidara besar atau masyarakat menyebutnya goal gayong. Bentuk buah bidara ini lebih besar dibandingkan dengan bidara lainnya. Ukuran goal gayong ini sebesar kelereng bahkan rata-rata sebesar buah lengkeng yang terbesar. Akan membuat lidah bergoyang jika buah bidara ini dimakan menggunakan sambal garam. Buah yang warna hijau ditambah dengan sambal garam yang cukup pedas dipastikan kenikmatan itu tidak akan hilang begitu saja.

Secara umum buah bidara bermanfaat untuk menguatkan kecerdasan otak, memperlancar makanan di usus, Menghilangkan penyakit kuning, menghaluskan kulit, meningkatkan selera makan, menghilangkan dahak, serta menyembuhkan penyakit lambat haid.

Dalam masyarakat Sumbawa ternyata keberadaan pohon bidara juga menyentuh dunia mistik. Daun bidara dipercaya dapat mengusir setan atau mengembalikan kesadaran orang yang terkena sihir. Bahkan orang tua dulu memanfaatkan daun bidara untuk memandikan mayat jika mulut mayat tersebut tidak bisa tertutup rapat. Alhasil setelah dimandikan dengan daun bidara maka mulut mayat akan tertutup rapat.

Mengapa Bidara Harus tetap di Lestarikan
Selama ini masyarakat bahkan Pemerintah Daerah di pulau Sumbawa belum menyadari bahwa keberadaan pohon bidara merupakan factor pembeda khasiat madu Sumbawa. Pulau Sumbawa terkenal sebagai salah satu penghasil madu terbaik di Indonesia bahkan boleh dibilang kualitas madu Sumbawa menyamai kualitas madu Arab.

Faktor kunci tingginya kualitas madu sumbawa tak lain adalah makanan lebah sumbawa yakni bunga pohon bidara. Pohon Bidara dengan jumlah arel luas hanya tumbuh di Sumbawa. Pohon Bidara tidak memerlukan perawatan khusus, dimana ada lahan kosong dan ada biji bidara yang tidak sengaja dijatuhkan, dipastikan pohon bidara akan tumbuh.

Secara komersial buah bidara belum dimanfaatkan secara optimal oleh masyarakat Sumbawa. Buah bidara baru perjualbelikan saat musim berbuah tiba, selebihnya penikmat buah bidara tidak akan menjumpai buah bidara tersebut diluar musim berbuah. Buah bidara sebenarnya bisa menjadi buah khas Sumbawa jika bisa dimanfaatkan dengan pengolahan. Buah Bidara bisa diolah menjadi asinan dan manisan. Sudah tentu jika sudah diolah maka ketahanan bidara bisa berbulan-bulan. Daerah lain tidak memiliki buah bidara, maka sudah tentu buah ini akan menjadi buah eksotik yang merupakan cirri khas pulau Sumbawa.**** Arif Hidayat.

daun bidara dalam islam

Dalam bacaan-bacaan mengenai bagaimana menangani sihir/guna-guna menurut ajaran Islam, di situ banyak disebutkan mengenai penggunaan daun bidara. Disebutkan tujuh helai daun bidara harus ditumbuk/diulek sampai halus, lalu diberi air. Air daun bidara ini perlu dibacakan ayat-ayat ruqyah seperti Al-Fatihah, ayat Kursi, al-Kafirun, Al-ikhlash, al-Falaq dan An-Naas, serta do'a-do'a khusus. Airnya lantas diminum dan ampasnya dicampur ke dalam air mandi untuk dibasuhkan/diguyurkan ke seluruh badan. 

Saat mencoba terapi sendiri, saya melewatkan bagian ini. Karena sejujurnya saya tidak tahu apa itu daun bidara dan darimana mendapatkannya. Di Indonesia ada beberapa tanaman yang disebut bidara, tapi daun bidara yang manakah yang dimaksudkan?

Sementara beberapa bacaan serupa yang berbahasa Inggris malah menyebutkan daun bidara ini dengan "the green lotus leaves". Nah malah tambah bingung kan. Dalam Bahasa Inggris, lotus juga termasuk merujuk kepada berbagai tanaman. Teratai pun disebut lotus juga kan?

Saat diruqyah di Majalah Ghoib saya mendapat informasi kalau daun bidara ini dalam Bahasa Arabnya disebut sidrun (sidr). Dari situ, saya cari di Google akhirnya ketemu kalau nama latin untuk pohon bidara yang ini adalah Zizyphus spina-christi. Meski dalam artikel seperti 'ways of treating sihr' berbahasa Inggris selalu disebutkan istilah "green lotus leaves", ternyata nama yang lebih populer untuk spesies tumbuhan ini adalah Christ's Thorn, Christ's Thorn Jujube, Syrian Christ's Thorn, atau Arabian Jujube. 


Untunglah peruqyah majalah Ghoib bukan hanya memberi informasi dan saran untuk menggunakan daun bidara ini, tetapi juga menyediakannya. Satu plastik kecil berisikan 14 helai daun bidara dijual seharga Rp.2000. Siapa tahu info ini ada gunanya bagi yang memerlukannya. 

Saya sungguh tidak mau pusing-pusing bertanya, mengapa harus daun bidara? Ini ada di dalam syariat Islam, dan saya mau mencobanya. Masalah apakah nantinya saya sembuh atau tidak, saya serahkan sepenuhnya kepada Allah Ta'ala. Karena Ia-lah yang menyembuhkan, apa pun bentuk ikhtiar kita.

sekilas daun bidara

daun bidara tu buat mandiin orang mati.he3